Firman Fajar Wiguna (Igun)

Pelajar Pemenang Nominasi Film Dokumenter Terbaik diajang FPP

“Film SUM, mengangkat kisah Suminah Mantan aktifis BTI”

Firman Fajar Wiguna atau biasa dipanggi Igun, pelajar SMA Negeri 2 Purbalingga, yang saat ini duduk di kelas XII adalah sineas muda dari Purbalingga yang berhasil memenangkan nominasi film Dokumenter terbaik di ajang Festival Film Purbalingga (FFP) 2018 pada malam Penganugrahan yang digelar pada Sabtu malam, tanggal 4 Agustus 2018, di Alun-alun Purbalingga. FFP adalah program Festival tahunan CLC Purbalingga selain diseminasi, perpustakaan, dan dialog kebudayaan, yang diaplikasikan dalam bentuk workshop (penulisan, pembuatan film, dsb), diskusi, pemutaran film regular, dan banyak lainnya, yang ditujukan untuk membangun budaya baru menonton film bagi masyarakat Purbalingga dan Banyumas Raya pada umumnya, serta sebagai ruang laboratorium pendidikan dengan film sebagai media penyampai.

              FFP adalah sebuah ruang dialog melalui media film baik dalam konteks kekaryaan, maupun aspek lainnya; transformasi nilai dan pendidikan, identitas lokal, dan narasi keseharian masyarakat. FFP menjadi ruang pengembangan bibit (remaja – pemula) untuk mengekspresikan pendapatnya melalui media film. Program FFP terbagi dalam 3 pilar utama, yaitu :

  • Layar Tancep

Selama 3 minggu penuh, FFP berkeliling desa-desa seantero 5 abupaten di Banyumas Raya, Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. Kurang-lebih 20 desa disambangi tiap tahunnya. Melibatkan langsung kelompok di desa tersebut untuk mengelola program Layar Tanjleb di desa mereka masing-masing. Pada program ini diputar film Indonesia panjang serta pendek.

  • Kompetisi Film Pendek Pelajar

Kompetisi film pendek fiksi dan dokumenter  yang didedikasikan bagi pelajar SMA di Purbalingga dan Banyumas Raya. Kompetisi ini merupakan ruang diseminasi yang melahirkan talenta-talenta baru tiap tahun. Film pendek Purbalingga yang telah meraih penghargaan lahir dari kompetisi FFP.

  • Pemutaran film non kompetisi

Program ini dihadirkan sebagai program dukungan untuk memperluas horison pengetahuan sinema bagi masyarakat Purbalingga dan Banyumas Raya. Salah satu program utama adalah program film untuk anak.

 

              Igun putra dari pasangan bapak Ruswanto, Spd dan ibu Puji Hastuti. Berdomisili di desa Beji Rt 03/02 Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga. Sang ayah bekerja sebagai guru SD Negeri Cipaku, Kecamatan Mrebet. Sosok yang pendiam tetapi penuh keberanian dan talenta. Igun membuat film dokumenter dengan judul SUM, yang mengangkat kisah Bu Suminah anggota SekBer ’65 Kabupaten Purbalingga yang dulu adalah perempuan bekas aktivis Barisan Tani Indonesia (BTI), menghuni penjara Plantungan selama 13 tahun, hidup dalam kesendirian dan beliau terus menunggu terbaliknya realita zaman. Namun demikian Suminah tidak menyerah, dibawah pandangan sinis tetangganya, dia mampu tegar dan mandiri. Hidupnya penuh dengan disiplin dan kerja. Bekerja di ladang dan mengikuti kegiatan SekBer’65 itulah sekarang yang mewarnai hidupnya.

              Igun berani mengambil isu tentang ’65 untuk tema film dokumenternya. Ia mengatakan karena ingin menambah ilmu tentang sejarah masa lalu yang sebenarnya. Saya melihat dari tahun sebelumnya (anak SMA Rembang telah memenangkan 2 film pendek). Ditemani Direkrur CLC, Bapak Bowo Leksono, Pak Cipto, dan mbak Wati (pengurus SekBer Purbalingga) di hari pertama bertemu dengan Bu Suminah. Ketertaikan dan kemantapan semakin bertambah setelah bertemu langsung dengan Bu Suminah, seorang perempuan yang kritis, disiplin, pekerja keras, dan memiliki semangat hidup yang luar biasa.

              Risetpun dilakukan dengan tetap didampingi CLC. Proses shooting, edit. Semula film ini di produksi berdua dengan temannya. Namun di tengah jalan, temannya ini dilarang oleh orangtuanya ketika tahu kalau film yang di buat anaknya ini mengusung isu tentang 65. Akhirnya Igun lanjutkan sendiri sebagai sutradara dan kameraman. Kendala lain juga di dapatkan dari pihak sekolah. Pihak sekolah kurang mendukung ketika Igun mengambil tema ini. Bahkan pihak sekolah menganjurkan kepada Igun untuk mengganti tema filmnya. Karena tidak mau, maka sekolahan pun tidak meminjamkan fasilitas yang dibutuhkan Igun. Pihak sekolah takut denga isu yang di bawakan di film ini, rentan, dan takut barangkali ada ancaman dari pihak tentara. Takut seperti kejadian di SMA Rembang. Karena kebetulan letak sekolah tidak jauh dari KODIM Purbalingga. Igun tetap melanjutkan produksi filmnya dengan sarana dari CLC.

              Kendala lain yang dihadapi adalah susahnya membagi waktu antara sekolah dan kegiatan ini. Apalagi Bu Suminah ini adalah orang yang sangat disiplin waktu. “Ketika sudah janji bertemu jam 4 pagi di lokasi, ya saya harus tepat” ungkap Igun. Ditambahkan Igun, ini menjadikan tauladan bagi saya, sebagai generasi muda harus disiplin dan pantang menyerah. Saya kalah semangat dengan beliau, tapi saya senang akhirnya saya bisa tahu tentang tragedi 1965/ 1966 yang biasanya disebut gestok.  

              Dalam catatan dewan juri dokumenter, film SUM tersusun melalui pilihan-pilihan gambar yang estetis dan rangkaian penuturan informasi yang jelas. “Sebagai upaya komunikasi visual, film ini memperkaya bahasa tentang sejarah nasional melalui perspektif akar rumput sekaligus korban yang berdampak oleh ekses pertarungan politik Tingkat Nasional”, jelas dari Adrian Jonathan Pasaribu. Igun berharap semoga korban” 65 semakin diperhatikan dan dipedulikan oleh Negara dan kesejahteraan sosialnya semakin ditingkatkan. Setelah lulus SMA nanti, Igun berkeinginan memperdalam tentang sejarah di kuliah nantinya.

              Acara FFP dihadiri oleh PLT Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi,SE,B.Econ, Direktur CLC Bowo Leksono, Ketua DPRD Purbalingga, Pemda Purbalingga, Cilacap, DikBud Jateng, Komunitas Sangkan Paran Cilacap, Komunitas Kedung Kebumen, Komunitas Spektakel.id Jakarta. “Saya sangat bersyukur dan bahagia, hasil karya saya bisa mendapatkan juara. Ucapan terimakasih kepada Tuhan YME, Bu Suminah, SekBer ’65 Purbalingga, CLC Purbalingga, dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya” tandas Igun dengan berkaca-kaca. (Setiawati)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *